Oleh: KH. Haderanie HN
Penerbit: Bina Ilmu
Harga: Rp. 30.000,-
Para Ulama Ilmu Tauhid dan Tasawuf hampir sepakat bahwa Asma'ul Husna termasuk sumber ajaran llmu Tauhid dan Tasawuf Ketuhanan. Lalu dikenallah apa yang mereka sebutkan dengan istilah "Tauhidul Asma". Dalam Kitab AD DURRUN NAFIS yang disusun oleh Syekh Muhammad Nafis bin Idris Al Banjarie, dijelaskan tentang Tauhidul Afal, Tauhidul Asma, Tauhidus-Sifat, dan Tauhiduz-Zat.
Di sana dijelaskan bahwa apabila seseorang sudah sampai pada tingkat TAJALLI ASMA (Tampak nyata rahasia Asma-Asma Allah) berarti orang itu telah termasuk tingkat tinggi dalam keimanannya.
Dalam ajaran SIFAT DUA PULUH dijelaskan bahwa segala Nama-Nama Allah, sifat-sifat-Nya dan Zat-Nya adalah qodim dan tidak terbatas. Qodim artinya "sedia ada lebih dahulu, tanpa awal dan tanpa akhir". Asma Allah sudah ada bersama Qodim-Nya Zat dan Sifat".
Lawan dari kata qodim adalah muhaddas yang artinya "sesuatu yang ada awalnya dan mengalami perubahan. "Bahasa Melayu lama mengartikan "sesuatu yang baharu", maksudnya baru diciptakan dibandingkan dengan Zat Allah Yang Qodim. Misalnya alam ini dinyatakan MUHADDAS karena sebelumnya tidak ada, kemudian ada karena diadakan, lalu akhirnya tidak ada.
Sembilan puluh sembilan (99) Asma Allah Yang Terbaik itu ada hubunganya dengan Zat, Sifat dan Afal Allah Swt. Sedang nama yang berhubungan dengan Zat, hanya satu saja ialah ALLAH. Nama ini oleh Ulama Tauhid disebutkan "Ismuz-Zat". Manusia tidak diperkenankan menggunakan nama ini.
Adapun asma/nama yang ada hubungannya dengan sifat, misalnya Ar-Rahmaan (Maha Pengasih) Ar-Rahim (Maha Penyayang), Al-'Aziz (Maha Mulia), Al-Hakim (Maha Bijaksana) dll.
Selanjutnya, nama Allah yang ada hubungannya dengan Afal (Perbuatan) Allah, misalnya As-Salaam (Maha Penyelamat), Al-Kholiq (Maha Pencipta, Ar-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki) dll.
Maka jelaslah, bahwa sumber pokok rumusan dalam ajaran Tasawuf dan Tauhid dipetik dari Asma'ul Husna.
No comments:
Post a Comment
silakan isi komen atau pesan saran di bawah ini...