
Kiai Politik, Politik Kiai
Membedah Wacana Politik Kaum Tradisionalis
"Sebuah Kajian Tentang Relasi Islam, Kiai dan Kekuasaan Melalui Kitab Kuning dari Lingkungan Pesantren"
Penerbit: Pustaka Bayan
Oleh: DR. H. Abd. Latif Bustami, M.Si.
Harga: Rp. 55.000,-
Ahlusunnah wal Jamaah (ASWAJA) tak syak lagi merupakan paradigma untuk menguatkan akar dan peran tradisional kiai sebagai pusat otoritas yang mempunyai kewenangan mengendalikan masyarakat. Keyakinan keagamaan itu diaktifkan oleh para pendukungnya dalam suatu rivalitas, konflik, dan kerjasama. Hal itu tampak misalnya dalam kasus penetapan Pasuruan sebagai "Kabupaten Santri" - dalam sebuah peraturan daerah, lafdul jalalah 'Dengan Rahmat Allah Yang Maha Esa' dalam produk hukum, berdirinya pesantren Sidogiri sebagai hari jadi kabupaten, dan pilihan dalam pilkada, pilihan dalam pemilu, serta aktivitas ekonomi syariah merupakan bukti efektifnya ASWAJA.
Kiai berusaha melembagakan perannya dengan menerapkan perkawinan endogami, mempertahankan kesahihan genealogi intelektual (sanad) dan silsilah serta pemimpin tarekat (ijazah irsyad). Keabsahan itu menentukan mu'tabaroh dan ghoiru mu'tabaroh tarekat. Kekuasaan itu semakin mantab disebabkan keberadaannya ditengah masyarakat menjadikan interaksi timbal-balik antara kiai dan masyarakat semakin intensif dan dipertahankan sepanjang hayat, sehingga interaksi tersebut bukan hanya menunjukkan relasi patron-klien melainkan multipleks. Penggunaan keyakinan keagamaan sebagai ekspresi budaya politik kiai berbasis ASWAJA, politik sebagai sarana dan ASWAJA sebagai tujuan berpolitik bagi kiai merupakan pemenuhan kewajiban sebagai warga negara, orang yang menerima amanah Allah SWT mengembang ajaran profetik - sehingga mempunyai kewajiban untuk mengendalikan tindakan politik umat dan melakukan purifikasi keyakinan keagamaan.
Setiap kiai mempunyai medan kharisma sendiri yang ditentukan oleh kemampuannya dalam penguasaan keislaman, memenuhi kebutuhan masyarakat, kemampuan supranatural, dan kemampuan mendistribusikan kekuatan supranatural kepada umat. Medan kharisma itu bisa melampaui batas administratif, sehingga setiap perluasan dakwah identik dengan perluasan kharisma ulama.
Masyarakat Tengger yang berinteraksi dengan ajaran Islam dengan atribut ASWAJA misalnya, lebih mudah menerima ajaran Islam ASWAJA karena mengedepankan strategi berdakwah: mempertahankan yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik, dan menunjukkan sikap akomodatif terhadap keyakinan masyarakat, sehingga lebih mudah diterima dimayarakat. Buku ini membedah "jantung" kehidupan sosial-keagamaan kiai yang diungkapkan melalui prosedur penelitian yang terbuka.
Artikel Terkait:
- NAHDLATUL ULAMA Penegak Panji Ahlussunnah Wal Jama'ah
- Sejarah DAN KEUTAMAAN ISTIGHATSAH
- AMALIAH DI BULAN HIJRIYAH; Hujjah, Rahasia, Amalan, dan Do'a di Bulan Hijriyah
- Panduan Ilmu Tajwid Bergambar
- Sutra Ungu: Panduan berhubungan intim dalam perspektif islam
- Bid'ah Hasanah
- Akidah Ahlussunnah Wal Jamaah; Penjelasan Sifat 50
- FATAWIE QUR'AN; KUPAS TUNTAS PROBLEMATIKA AL-QUR'AN
- DALIL & KHASIAT 5 SHALAWAT POPULER
- Titian Menggapai Surga; Terjemah Minhajul Abidin
- Ngopi di Pesantren; Renungan dan Kisah Inspiratif Kiai dan Santri
- Ajaran Ajaran Kegaiban; 80 Wasiat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
- Cahaya Penerang Jiwa; Terjemah Risalah ASWAJA Karya KH Hasyim Asy'ari
- PENDIDIKAN AKHLAK UNTUK PELAJAR DAN PENGAJAR
- CAHAYA PURNAMA KEKASIH TUHAN
- Metode Abuya Al-Maliki dalam Mengajar, Mendidik, & Berdakwah
- Bolehkah Kita Merayakan Maulid Nabi?
- Risalah Ziarah Kubur (Hujjah, Tuntunan dan Adab)
- Mahir Nahwu & Balaghoh 2 Jilid ukuran saku
- DARI BUMI UNTUK LANGIT
- Pengantar memahami Qowaidul I'rob
- Pintar FIQH WARIS
- Panduan Ibadah dan Do'a-Do'a
- RISALAH AL-MARDLO
- PENGGETAR HATI
No comments:
Post a Comment
silakan isi komen atau pesan saran di bawah ini...